Beranda > Renungan Harian > Menanti Akhir Zaman : sebuah refleksi atas Lukas 21:5-19

Menanti Akhir Zaman : sebuah refleksi atas Lukas 21:5-19

AWALNYA

Saat saya berkunjung ke rumah Bu End, ada sebuah cerita yang menarik. Begini, pada suatu malam sebelum ada banjir Wasior beliau bermimpi sesuatu yang buruk akan terjadi di negeri ini – yang kemudian ini ditafsirkan sebagai bencana. Karena masih sadar bahwa dia orang Kristen maka dalam mimpi itu beliau berseru-seru kepada Tuhan Yesus. “Tuhan…. Tolong saya, Tuhan…. Tolong saya…..” dan masih dalam mimpinya tiba-tiba dari awan muncul Tuhan Yesus dan tanganNya terangkat memberkati. “sama persis kayak Pak Pendeta kalau mau selesai ibadah itu ngangkat tangannya” ujar beliau dengan polos menirukan. Selang beberapa saat dia melihat di beberapa TV ditayangkan prediksi para ahli tentang kerusakan bumi. Karena beliau orang Jawa maka ngelmu otak atik gathuk diterapkan segera. Dia ikut-ikutan manafsir-nafsirkan kondisi dunia ini menurut pengetahuan beliau yang adalah ibu rumah tangga biasa. Sampai akhirnya beliau menyimpulkan “wah mau kiamat nih dunia….waduh gimana kalo nanti kiamat padahal anak-anakku masih belum ada yang menikah…” Kekawatiran dan kecemasan itu mulai menghantui beliau setiap hari. Hingga akhirnya, dari TV juga beliau mendengar kabar banjir bandang di Wasior diikuti bencana tsunami di Mentawai. Yang tidak kalah menjadikan beliau takut malah wedhus gembel gunung Merapi karena kota tempat tinggalnya berbatasan dengan Jawa Tengah.

Memang disadari atau tidak saat ada peristiwa-peristiwa alam yang demikian menjadikan kita (terutama orang Jawa) mudah ngramesi (mengkait-kaitkan) dengan tanda bahwa akan terjadi kiamat. Dan hasil dari ngramesi itu mempengaruhi sikap, perasaan dan bahkan iman seseorang. Sepenggal kisah Ibu End inilah yang menjadikan saya terusik dan mulai ngothak-ngathik gathuk ketika membaca Injil Lukas 21:5-19. Hasilnya adalah sebuah refleksi yang saya coba tulis dalam tulisan ini.

SELANJUTNYA

Hari Akhir atau yang popular disebut Kiamat adalah moment yang menyedot perhatian banyak orang baik yang theis (percaya Tuhan) maupun atheis (tidak percaya Tuhan). Berbagai macam cara diajarkan (didoktrinkan) untuk merespons hal ini. Sekali lagi ini menunjukkan kepada kita bahwa manusia di dunia ini menyadari kefanaannya. ke-Fanaan itulah yg merangsang manusia untuk menerawang akhir jaman. Harapannya jelas bahwa akhir jaman itu adalah langit dan bumi baru (Maleakhi 4:2) atau tatanan dunia baru. Hari Minggu lalu kita telah mendiskusikan ini bahwa kehidupan di dunia ternyata – menurut ajaran Tuhan Yesus menjawab pertanyaan orang Saduki-  adalah bukan sambungan atau kelanjutan kehidupan di dunia ini (Lukas 20: 34 -36). Kalau ini yang kita gunakan menerawang akhir jaman maka akhir jaman itu tidak sama dengan dunia saat ini. Ini sekaligus menjawab berbagai pertanyaan orang bagaimana kondisi kiamat nanti. Menurut saya, hanya sejauh itulah yang kita ketahui tentang kiamat bahwa kehidupan “nanti” tidak sama dengan kehidupan di dunia saat ini. Memang dalam Alkitab nubuatan (Yoel,Maleakhi, Yesaya dll) banyak disebutkan tatanan dunia baru tetapi tidak satupun yang menggambarkan dengan jelas bagaimana kiamat itu.

Gambaran akhir jaman yang demikian ini tentu tidak memuaskan karena kecenderungan manusia adalah ingin mengetahui secara jelas (terang benderang). Namun rupanya gambaran itu setidak-tidaknya menghibur manusia. Ini nyata melalui keyakinan banyak manusia bahwa kiamat itu ada. Lha, dari rasa ingin tahu tentang akhir jaman maka pertanyaan manusia mulai bergeser kepada saat terjadinya kiamat. Inilah yang ditanyakan para murid dalam Lukas 21:7 ketika Tuhan Yesus mengatakan kepada murid bahwa akan tiba harinya Bait Allah itu hancur. Bagi orang Yahudi Bait Allah adalah simbul atau center agama mereka. Dan kalau Bait Allah hancur maka malapetaka bagi iman dan bangsa mereka. Pertanyaan para murid ini menurut saya juga mewakili pertanyaan manusia jaman sekarang. Sebab pertanyaan itu berisi dua hal tentang kiamat yaitu: bagaimana dan kapan kiamat itu terjadi? Seperti cerita Bu End tadi yang selalu dihantui kecemasan akan terjadinya kiamat karena memang beliau tergoda untuk mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana kiamat itu terjadi. Dua pertanyaan ini bertautan erat dengan SIAP-SIAP menghadapi kiamat. Berhubungan dengan itulah maka Tuhan Yesus memberikan jawaban yang adalah seruan (karena dalam bahasa aslinya kata imperatif yang digunakan untuk kata”waspada”). Jadi, seperti biasanya Tuhan Yesus tidak memberi jawaban pasti atau tidak mau terjebak dalam logika pertanyaan para murid tetapi justru memberi jawaban yang butuh dicerna dan jawaban Tuhan Yesus adalah “WASPADALAH…..supaya jangan kamu disesatkan……” Seruan ini adalah seruan praxis yang berkaitan dengan iman. Ini juga mengajarkan kapada saya bahwa iman itu bertautan dengan praktek.

Isi jawaban Tuhan Yesus itu adalah memberika peringatan sebagai sikap orang percaya untuk menantikan hari akhir. Sikap itu adalah:

  1. Tidak disesatkan oleh mesias palsu (ayat 7).

Ini berarti keteguhan dan ketgaran iman kepada Tuhan Yesus adalah syarat utama menantikan akhir jaman. Dan keteguhan iman itu mahal harganya karena harus dibayar dengan manggul salib termasuk siap berbeda dengan keluarga sahabat dan saudara (ayat 16) dan bahkan dibenci oleh semua orang (ayat 17).

Harga yang mahal itu sebanding dengan upah yang diperolehnya karena setiap orang yang tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus Kristus dan tidak tersesat maka ada jaminan jikalau Tuhan akan melindunginya. Sebab tidak sehelaipun rambut dari kepalanya yang hilang (ayat 18). Artinya bagi setiap orang yang tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus Kristus maka seluruh hidupnya bahkan sesuatu yang tidak kuasa dia tanggung akan tetap diselamatkan sampai akhir jaman nanti. Bahkan saat terjadi berbagai musibah dan bencana sekalipun, setiap orang yang tidak tersesat oleh mesias palsu akan dilindungi oleh Allah dan bahkan akan muncul sinar mentari yang baru (Maleakhi 4:2a)

2. Ketidaksesatan itu diwujudkan dengan tidak gegabah menyimpulkan tanda-tanda akhir jaman yang merupakan pra-kiamat.

Tuhan Yesus juga memberikan nubuatan tentang musibah dan bencana baik alam maupun tatanan kehidupan manusia (ayat 9-11). Atas carut marutnya dunia ini maka manusia akan mudah dan gegabah dalam menilai (Maleakhi 4:1) seolah-olah kesudahan segala sesuatu sudah terjadi. Tetapi bagi Tuhan Yesus TIDAK, sebab sekali lagi akhir jaman adalah misteri bagi manusia dan itu otoritas absolutnya Tuhan. Dengan tidak gegabah membaca tanda-tanda jaman maka Tuhan memberikan kesempatan dan peluang kepada kita untuk menjadi penenang atau memberi rasa tenang kepada mereka yang kalut melihat malapetaka dan musibah di dunia ini. Ketidak gegabahan kita ini juga berarti bahwa kita tidak dengan mudah menganggap diri sebagai orang yang mengerti kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan tetap sebagai misteri bagi manusia karena dengan menjadikan misteri itulah maka diharapkan manusia benar-benar bersandar kepada Tuhan. Dan orang yang sepenuhnya bersandar kepada Tuhan itulah yang disebut beriman teguh.

3. Pra-kiamat adalah kesempatan atau peluang untuk bersaksi (ayat 13). Kembali Tuhan Yesus mengingatkan tantangan iman orang yang manggul salib bahwa mereka akan ditangkap dan dianiaya (ayat 12). Kecenderungan banyak orang yang kepepet adalah siap-siap membela diri supaya tidak ditangkap. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan, jangan mereka-reka pembelaan karena Ia sendiri yang akan memberi pembelaan. Ini mengingatkan kepada kita bahwa pra kiamat itu adalah peluang untuk bersaksi tentang Tuhan Yesus. Dan bersaksi itu tidak digerakkan atau didasari pikiran dan strategi sendiri tetapi hikmad Tuhan (ayat 15). Jadi, kesaksian yang kita berikan dalam massa menjelang kedatangan Tuhan semata-mata karena digerakkan oleh Tuhan dengan kata-kata hikmat-Nya dan bukan karena konsep dan rencana pikiran sendiri.

DAN….AKHIRNYA

Ada dua sikap manusia dalam menantikan akhir jaman atas dasar pemahaman waktunya itu tiba, yaitu:

  1. Jika memahami bahwa akhir jaman itu akan datang segera maka manusia akan bersikap baik sesegera mungkin. Dengan bahasa lain, manusia akan segera bertobat. Paham pertama ini jika dimaknai secara ekstrim, maka segala sesuatu di dunia ini tidak penting lagi yang penting adalah “mencari kehendak Allah” sebagai buah pertobatannya. Kalau sikap ini yang diambil maka jelaslah ini bukan pertobatan yang sesungguhnya. Sebab pertobatan itu adalah rasa takjub dan kagum kepada kebesaran Tuhan sehingga menumbuhkan iman. Buah dari pertobatan yang sesungguhnya adalah sukacita sebab pegampunan Tuhan dalam hidupnya. Dan Tuhan Allah memberikan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban bukan roh ketakutan ( 2 Timotius 1:7).

Pemaham pertama inilah rupanya yang banyak dipegang oleh orang Tesalonika. Karena mereka mengikuti paham bahwa akhir jaman itu sudah dekat maka mereka menganggap tidak penting lagi yang di dunia ini. Bahkan secara ekstrim rupanya orang Tesalonika tidak bekerja lagi demi mempersipkan diri menyambut akhir jaman. Karena itu Paulus menasehatkan melalui surat II Tesalonika 3: 6-8. Mempersiapkan diri menantikan akhir jaman penting tetapi dengan sikap realistis. Itu artinya dalam mempersiapkan akhir jaman harus tetap melakukan pekerjaan kita dengan bertanggungjawab.

Menjadi sangat menarik ketika ajaran Paulus ini dikaitkan pada dunia kita massa kini, dimana banyak orang yang begitu apatis melihat hidup terlebih dihantui ketakutan karena “tanda-tanda” jaman yang sering disebut sebagai jaman edan. Sebab dengan mendengar ajaran Paulus maka kita diajak optimis dalam melakukan pekerjaan kita masing-masing dengan bertanggungjwab. Persiapan diri kita dalam menyambut akhir jaman harusnya tidak partial tetapi menyeluruh dan sepanjang hidup. Inilah sikap yang akan dilakukan orang yang benar jikalau memahami bahwa akhir jaman itu akan datang segera.

2. Tetapi jika manusia memahami akhir jaman itu nanti, maka manusia akan mengulur waktu untuk berbuat baik (pertobatannya di undur). Sikap ini bertolak belakang dari sikap pertama, dan bahkan massa bodoh dengan persiapan diri menyambut akhir jaman. Sikap yang diambil adalah leha-leha. Sebenarnya sikap ini adalah sikap pesimis model dua karena sama-sama apatis dalam hidup. Bahkan imannyapun suam-suam kuku atau anget-anget tai.

Kepada orang model begini maka Maleakhi 4:1 mengingatkan bahwa semua orang yang gegabah dan berbuat fasik maka akan dibakar seperti jerami dan tidak satupun yang akan disisakan. Demikian sebaliknya bagi orang yang takut akan Tuhan akan terbit surya kebenaran dan keselamatan (Maleakhi 4:2). Orang yang takut akan Tuhan akan selalu waspada dan tidak mau disesatkan oleh rupa-rupa pengajaran. Dan orang yang waspada adalah orang yang realistis dalam beriman untuk mempersiapkan diri menyambut akhir jaman sebab dasarnya adalah ketidak tahuan tentang saat kapan dan bagaimana akhir jaman itu.

Konteks akhir jaman ini di dunia masa kini semakin dominant. Data-data dari berbagai penelitian menunjukkan akan tibanya musibah besar yang melanda dunia dan bahkan melenyapkan dunia. Dari industri film kita ingat film 2012 yang berceritera tentang tenggelamnya dunia ini. Demikian juga bencana alam yang terjadi sering dianggap sebagai tanda-tanda akhir jaman. Benarkah demikian? Tuhan Yesus mengingatkan agar kita jangan gegabah menyimpulkan itu sehingga kita dalam hidup menjadi takut dan apatis terlebih mengasingkan diri.

Demikian juga dalam konteks kita bangsa Indonesia. Dalam kurun bulan Oktober –November ini ada 3 bencan alam besar yang melenyapkan kehidupan yaitu Wasior, Mentawai dan Merapi. Bagimana kita menaggapi ini? Jelas gereja tidak diam karena menghimpun dana dan bantuan untuk para korban. Dan kalau penghimpunan dana ini adalah sarana kesaksian kita maka seperti pula ajaran Tuhan Yesus, jangan karena akal budi terlebih pikiran manusia tetapi karena Ia yang memberi hikmat dan menggerakkan kita. Sehingga kita menolong korban bencana sesuai dengan kemauan kita dan selebihnya Tuhan yang akan mengerakkan untuk menjadi pembela kita demi terwartakannya Tuhan Allah kita. Mengakhiri refleksi ini maka kita harus tetap ingat seruan Tuhan Yesus yang sering dikutip Bang Napi “WASPADALAH……WASPADALAH…….WASPADALAH…..” supaya kita terselamatkan dari berbagai musibah yang mengawali hari akhir. Tuhan memberkati kita. Amin.

Pacitan, 9 November 2010

T02k@tekskhotbahminggu

Kategori:Renungan Harian
  1. 3 Oktober 2013 pukul 3:35 am

    Hello There. I discovered your blog the usage of msn.
    That is a very smartly writte article. I’ll make sure to bookmark it and return to
    read extra of your helpful information. Thanks for the post.
    I’ll definitely comeback.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar